Tuesday, April 30, 2013

Teknologi di Mata Kakek


Teknologi adalah sebuah pertanda kemajuan. Negara yang menguasai teknologi mutakhir, akan tergolong Negara maju. Di zaman sekarang, seseorang yang gaptek dengan teknologi akan di asingkan dalam keramaian. Seseorang yang mengusai teknologi akan mengusai jagat raya, bisa terbang melebihi kecepatan burung, hidup terasa mudah, bahkan bisa memperdaya manusia-manusia lainnya, bahkan bisa berubah menjadi manusia robot, manusia tanpa tanding. Itulah teknologi.
Bagaimana teknologi dimata kakek? Sebuah pertanyaan yang sempat saya ajukan sehabis mudik lebaran kemarin. Kakek memang sudah sangat uzur, usianya sudah memasuki 85 tahun, jauh sebelum Indonesia merdeka, kakek sudah lahir, bahkan dia ikut memanggul senjata mengusir Jepang dan Belanda di kampung, ikut bergerilya. Tak heran jika bulan agustus kemarin, selain karena bulan ramadhan, juga karena peringatan hari kemerdekaan, gairah hidup kakek hidup kembali, semangat 45, katanya.
Sebagai orang tua, punya pengalaman hidup yang panjang, akan identik dengan sebuah kebijaksaan. Demikian juga kakek, jika ketemu, seakan tidak lupa memberikan petuah-petuah, bekal untuk hidup.
Kembali ke pertanyaan saya diatas. Bagaimana teknologi dimata kakek? Di zaman perang, katanya, Belanda dan Jepang mempunyai teknologi yang lebih canggih dibanding dengan pejuang-pejuang waktu itu. Belanda dan Jepang mempunyai senjata yang cukup modern, dan dia sendiri hanya bersenjatakan ala kadarnya. Tapi itu dulu.
Sekarang, lanjutnya, teknologi sudah lebih canggih lagi. Bukan hanya senjata, tetapi semua jenis peralatan sudah sangat mutakhir. Sudah berubah 360 derajat. Kehidupan sudah berubah, dan kakekpun sudah uzur. Dulu, lanjutnya, naik mobil dari Makassar ke kampungnya di Bulukumba memakan waktu 3 hari, sekarang tinggal 3 jam. Dari kecepatan sudah sangat cepat, demikian pula dengan suara mobil. Suara mobil dulu, sekitar satu kilometer sudah tahu ada mobil yang datang, saking besar suaranya. Apalagi pesawat Jepang, katanya, lebih besar lagi, menderu-deru memekatkan telinga.
Itu tidak akan ditemui lagi sekarang. Sekarang mobil, motor tidak bersuara lagi. Pesawat yang biasa lewat diatas rumah, tidak lagi memekatkan telinga, karena memang tidak mengeluarkan suara lagi. Bukan itu saja, lanjutnya, bahkan dulu anjing di kampung sangat banyak, jika menggonggong biasa membuatnya jengkel, apalagi jika menggonggong dimalam hari. Mungkin karena pengaruh teknologi, anjing pun sekarang tidak lagi besuara, dia hanya seperti menguap, demikian juga ayam tidak lagi berkokok ataupun kambing tidak lagi mengambek. Semua sudah tidak lagi mengeluarkan suara. Teknologi membuat dunia sepi, tanpa suara.
Sejenak pun saya sudah meninggalkan kakek, harus berangka karena mobil jemputan sudah datang. Setelah pamit, sama keluarga, dan mencium tangan kakek, saya pun berangkat meninggalkan kampung. Pembicaraan terakhir dengan kakek, saya kira itu adalah sebuah kata-kata bijak yang mengandung seribu hikmat. Tetapi sekarang saya baru sadar. Karena usia kakek yang sudah uzur, sehingga pendengarannya pun sudah terganggu. Saya baru ingat, ternyata kakekku sudah tuli, pantas saja suara-suara teknologi tidak bisa lagi di dengarnya…
Persepsi yang salah, akan menimbulkan interpretasi yang salah pula. Karena persepsi di bangun oleh alat indera, maka untuk membuat interpretasi yang betul membutuhkan alat indera yang tajam.

0 komentar:

Post a Comment