Tuesday, April 30, 2013
Teknologi di Mata Kakek
Teknologi
adalah sebuah pertanda kemajuan. Negara yang menguasai teknologi
mutakhir, akan tergolong Negara maju. Di zaman sekarang, seseorang yang
gaptek dengan teknologi akan di asingkan dalam keramaian. Seseorang yang
mengusai teknologi akan mengusai jagat raya, bisa terbang melebihi
kecepatan burung, hidup terasa mudah, bahkan bisa memperdaya
manusia-manusia lainnya, bahkan bisa berubah menjadi manusia robot,
manusia tanpa tanding. Itulah teknologi.
Bagaimana teknologi dimata kakek? Sebuah
pertanyaan yang sempat saya ajukan sehabis mudik lebaran kemarin. Kakek
memang sudah sangat uzur, usianya sudah memasuki 85 tahun, jauh sebelum
Indonesia merdeka, kakek sudah lahir, bahkan dia ikut memanggul senjata
mengusir Jepang dan Belanda di kampung, ikut bergerilya. Tak heran jika
bulan agustus kemarin, selain karena bulan ramadhan, juga karena
peringatan hari kemerdekaan, gairah hidup kakek hidup kembali, semangat
45, katanya.
Sebagai
orang tua, punya pengalaman hidup yang panjang, akan identik dengan
sebuah kebijaksaan. Demikian juga kakek, jika ketemu, seakan tidak lupa
memberikan petuah-petuah, bekal untuk hidup.
Kembali ke pertanyaan saya diatas. Bagaimana teknologi dimata kakek? Di zaman perang, katanya, Belanda
dan Jepang mempunyai teknologi yang lebih canggih dibanding dengan
pejuang-pejuang waktu itu. Belanda dan Jepang mempunyai senjata yang
cukup modern, dan dia sendiri hanya bersenjatakan ala kadarnya. Tapi itu
dulu.
Sekarang, lanjutnya, teknologi
sudah lebih canggih lagi. Bukan hanya senjata, tetapi semua jenis
peralatan sudah sangat mutakhir. Sudah berubah 360 derajat. Kehidupan
sudah berubah, dan kakekpun sudah uzur. Dulu, lanjutnya, naik
mobil dari Makassar ke kampungnya di Bulukumba memakan waktu 3 hari,
sekarang tinggal 3 jam. Dari kecepatan sudah sangat cepat, demikian pula
dengan suara mobil. Suara mobil dulu, sekitar satu kilometer sudah tahu
ada mobil yang datang, saking besar suaranya. Apalagi pesawat Jepang,
katanya, lebih besar lagi, menderu-deru memekatkan telinga.
Itu
tidak akan ditemui lagi sekarang. Sekarang mobil, motor tidak bersuara
lagi. Pesawat yang biasa lewat diatas rumah, tidak lagi memekatkan
telinga, karena memang tidak mengeluarkan suara lagi. Bukan itu saja,
lanjutnya, bahkan dulu anjing di kampung sangat banyak, jika
menggonggong biasa membuatnya jengkel, apalagi jika menggonggong dimalam
hari. Mungkin karena pengaruh teknologi, anjing pun sekarang tidak lagi
besuara, dia hanya seperti menguap, demikian juga ayam tidak lagi
berkokok ataupun kambing tidak lagi mengambek. Semua sudah tidak lagi
mengeluarkan suara. Teknologi membuat dunia sepi, tanpa suara.
Sejenak
pun saya sudah meninggalkan kakek, harus berangka karena mobil jemputan
sudah datang. Setelah pamit, sama keluarga, dan mencium tangan kakek,
saya pun berangkat meninggalkan kampung. Pembicaraan terakhir dengan
kakek, saya kira itu adalah sebuah kata-kata bijak yang mengandung
seribu hikmat. Tetapi sekarang saya baru sadar. Karena usia kakek yang
sudah uzur, sehingga pendengarannya pun sudah terganggu. Saya baru
ingat, ternyata kakekku sudah tuli, pantas saja suara-suara teknologi
tidak bisa lagi di dengarnya…
Persepsi
yang salah, akan menimbulkan interpretasi yang salah pula. Karena
persepsi di bangun oleh alat indera, maka untuk membuat interpretasi
yang betul membutuhkan alat indera yang tajam.
Dismenore (Nyeri Haid)
Dismenore
atau nyeri haid adalah perasaan nyeri pada saat haid yang biasanya
dialami oleh remaja yang baru mengalami menstruasi pertama. Tetapi,
tidak menutup kemungkinan dismenore atau nyeri haid juga di alami oleh
perempuan dewasa.
Pengertian Dismenore (Nyeri Haid)
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenore, antara lain:
- Menurut Surtiretna (2001), Dismenore adalah rasa sakit yang menyerupai kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid.
- Menurut Dianawati (2003), Dismenore merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi.
- Menurut Ramaiah (2006), Dismenore adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi.
- Menurut Prawirohardjo (2007), Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual.
- MIMS Petunjuk Konsultasi (2007/2008) mengatakan bahwa Dismenore adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin. Dismenore merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
- Menurut Proverawati & Misaroh (2009), Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Istilah Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenore adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi.
Dari
beberapa pendapat mengenai Dismenore, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa Dismenore atau nyeri haid adalah rasa nyeri yang timbul
menjelang dan selama menstruasi yang dapat menggangggu aktivitas
sehari-hari, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah.
Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin.
Klasifikasi Dismenore (Nyeri haid)
Dismenore Primer
Dismenore
primer, (disebut juga Dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah
nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan
ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada
alat kandungan (Proverawati & Misaroh, 2009).
Dismenore
primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009).
Dismenore
primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan
pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatuar yang tidak
disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau
bersama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari
(Prawirohardjo, 2006).
Dismenore
primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis
mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur
mulai matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut
ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi.
Dismenore primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006).
Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor peranan sebagai penyebab Dismenore primer, antara lain;
- Faktor kejiwaan --- Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul Dismenore.
- Faktor kostitusi --- Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas karena dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi timbulnya Dismenore.
- Faktor obstruksi kanalis servikalis --- Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya Dismenore primer adalah stenosis canalis servikalis.
- Faktor alergi --- Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara Dismenore dengan urtikaria, migrane atau asam bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.
Dismenore Sekunder
Dismenore
sekunder, (disebut juga sebagai Dismenore ekstrinsik, acquired) adalah
nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya
endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. Terjadi pada
wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenore (Proverawati dkk,
2009).
Dismenore
sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh kelainan ginekologi
seperti salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis
uteri dan lain-lain (Prawirohardjo, 2006).
Dismenore
sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas 20 tahun meskipun
dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang dari 20 tahun
(Ramaiah, 2004).
Tanda dan Gejala Dismenore (Nyeri Haid)
Gejala
Dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram dibagian bawah perut
yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah
muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing dan rasa kembung
atau perut terasa penuh. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum
menstruasi dimulai dan bisa berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).
Dismenore
atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau
intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi Dismenore cukup tinggi
dan lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat
dipecahkan dan memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami
rasa tidak enak diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering
kali rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006).
Penanganan Dismenore (Nyeri Haid)
Beberapa pendapat tentang upaya penanganan untuk mengatasi Dismenore:
Upaya penanganan Dismenore menurut Yatim (2001):
- Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan perempuan bahwa keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu darah keluar dengan lancar.
- Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan golongan narkotik seperti Morfin dan Codein.
- Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon Prostaglandin, seperti Aspirin, Endometasin, dan Asam Mefenamat
Upaya penanganan Dismenore menurut Proverawati & Misaroh (2009) dan Wijayanti (2009):
- Kompres dengan botol dingin (hangat tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang).
- Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.
- Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es krim.
- Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit.
- Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.
- Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.
- Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.
Upaya penanganan Dismenore menurut Dianamawih (2003):
- Olahraga ringan.
- Mengonsumsi buah dan sayur.
- Mengurangi kadar gula dan kafein.
- Minum obat yang mengandung aspirin dan ibuprofen.
Upaya penanganan Dismenore menurut Prawirohardjo (2006):
- Penerangan dan nasihat --- Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa Dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.
- Pemberian obat analgesik --- Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain Novalgin, Ponstan, Acep-aminopen dan sebagainya.
- Terapi hormonal --- Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar Dismenore primer atau untuk memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
- Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin --- Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid. e) Dilatasi canalis servikalis Dapat memberikan keringanan karena kemudahan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.
Pembagian dan Batasan Usia Remaja
Pembagian
dan batasan usia remaja di kemukakan oleh para ahli untuk memudahkan
pengklasifikasian usia perkembangan dan pertumbuhan dilihat dari umur
kornologis seseorang. Anggapan bahwa, semakin bertambah umur, semakin
terjadi differensiasi dalam usia perkembangan. Batasan usia perkembangan
oleh para ahli sangat beragam dalam membagi usia remaja.
Santrock
(2003) membagi masa remaja menjadi dua fase yaitu yang disebut “masa
remaja awal” atau “pre adolence” yang berkisar antara 12-15 tahun dan
“masa remaja akhir” atau “late adolensence” antara usia 15-18 tahun.
Pembagian dan batasan usia remaja di kemukakan Gilmer dalam Sulaeman (1995) sebagai berikut:
- Pre adolesen, yaitu antara usia 10-13 tahun
- Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13-17 tahun
- Masa adolesen akhir, dari usia 18-21 tahun
Ini
berlaku untuk laki-laki yang biasanya mencapai kematangan yang lebih
lambat dari pada gadis-gadis, sedangkan untuk wanita yang biasanya
matang lebih cepat pembagiannya adalah:
- re adolesen datang pada usia 10 dan 11 tahun
- Masa adolesen awal antara usia 12-16 tahun
- Masa adolosen akhir antara 17-21 tahun
Sementara
itu pendapat Konopka dan Ingersoll dalam Hurlock (2004) mengatakan
bahwa secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai
berikut:
Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada
masa ini mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan berusaha
mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada
orang tua.
Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa
ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman
sebaya memiliki peran yang penting. Pada masa ini remaja juga
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri
dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi
individu.
Masa remaja akhir (19-21 tahun)
Masa
ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam
kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa.
Siklus Menstruasi Wanita
Sikluas
menstruasi wanita mempunyai fase-fase tertentu. Ciri khas kedewasaan
wanita ditandai dengan adanya perubahan-perubahan siklius pada alat
kandungan sebagai persiapan untuk suatu kehamilan. Peristiwa penting
tersebut ditandai dengan datangnya haid yaitu pengeluaran darah tiap
bulan dari rahim. Ada pameo yang mengatakan, ketika haid, rahim menangis
karena pembuahan tidak kunjung terjadi. Pendarahan akibat runtuhnya
dinding lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa
saling berkaitan, yang bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur
yang dibuahi. Bila kehamilan tidak terjadi, dinding yang sudah
dipersiapkan itu mengelupas. Siklus baru yang sama dimulai lagi.
Pengendali
utama dari semua peristiwa itu ialah hipotalamus. Bagian otak itu pun
masih dapat dipengaruhi oleh emosi dan kekecewaan. Terbukti dari
kenyataan, haid dapat dipengaruhi oleh pikiran yang kacau, atau
perjalanan, dan pindah pekerjaan. Lamanya haid terhenti tidak selalu
dapat dipastikan. Ada yang dua atau tiga bulan kemudian datang kembali,
dan ada pula yang sampai setahun penuh, bahkan dapat pula lebih. Wanita
yang mengalami hal ini, memerlukan pemeriksaan yang cermat terhadap
kemungkinan menderita penyakit yang dapat menyebabkan amenorea.
Gambaran Klinis Menstruasi
Sebagian
besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi
terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari.
Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi
hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi lamanya. Siklus yang
diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara
awal perdarahan menstruasi – fase luteal − relatif konstan dengan
rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita (Hanafi, 2002).
Lama
keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya lamanya 4
sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen
kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak
tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya
terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu
sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.
Rata-rata
banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode
menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60
ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per
g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan
kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap
hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Bobak, 2004).
Aspek Hormonal Selama Siklus Menstruasi
Mamalia,
khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ,
yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu
tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya
pengaturan koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam
peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ
target.
Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah:
Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis:
- Luteinizing Hormon (LH)
- Folikel Stimulating Hormon (FSH)
- Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
Steroid ovarium
Ovarium
menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid
yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat
dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor
steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak
dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
Fase-fase dalam Siklus Menstruasi
Setiap
satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam
uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat
terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus (Bobak,
2004).
Fase-fase tersebut adalah:
Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase
ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan
dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung
selama lima hari (rentang tiga sampai enam hari). Pada awal fase
menstruasi kadar estrogen, progeseron, LH (Luteinizing Hormon) menurun
atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel
Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi
Fase
ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini
mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.
Fase intermenstum atau fase proliferasi
Fase
ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar
hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15
siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara
lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang
perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat,
yang berakhir saat ovulasi. Fase intermenstum atau fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folike ovarium.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
- Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.
- Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
- Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase
ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium
kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang
berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata.
Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan
sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu:
1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
2.
Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium
berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Akhir masa ini, stroma
endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di
seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya
nidasi (Hanafiah, 1997).
Mekanisme siklus menstruasi
Selama
haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus
yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5
mg/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua
gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam
jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase
folikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi,
kadar estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai
ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin praovulasi. Akibatnya FSH
dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari
sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estradiol akan kembali
menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara
dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45
mUI/ml.
Terjadinya
puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan
mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan
ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai
dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai
turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi
arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa
wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan
endometrium sesuai dengan fase luteal.
Awal
fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi
progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20
ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang
tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi
yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase
folikuler. Produksi estradiol dan progesteron maksimal dijumpai antara
hari ke-20 dan 23 (Admin, 2010).
Psikologi Remaja dan Permasalahannya
Psikologi
remaja adalah bagian dari cabang disiplin ilmu psikologi perkembangan
yang membahas tentang permasalahan remaja. Psikologi remaja sangat
menarik karena bentuk tingkah yang dimunculkan pada masa remaja adalah
bentuk tingkah laku peralihan, antara tingkah laku anak-anak dengan
tingkah laku orang dewasa. Karena berada pada masa peralihan, sehingga
biasanya remaja mengalami masalah dalam menyesuaikan diri. Remaja tidak
mau di sebut anak-anak, dan belum pula bisa disebut sebagai orang
dewasa.
Piaget
(dalam Hurlock, 1999) memandang masa remaja sebagai usia di mana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Secara
garis besar ada tiga masalah yang cenderung muncul pada masa remaja
dibandingkan pada masa kanak-kanak atau masa dewasa. Permasalahan remaja
itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Konflik dengan Orang Tua
Konflik
dengan orang tua ditandai dengan penentangan atas ororitas orang tua
yang selama ini dominan. Walaupun konflik dengan orang tua terasa
menyakitkan, hal ini cenderung menandai peralihan kekuasaan dari orang
tua yang sepihak menjadi hubungan yang timbal antara dua orang dewasa.
Depresi dan Tindakan Ceroboh
Remaja
yang depresi juga sering terlihat. Ini dikarenakan karena penyesaian
diri dengan status sosialnya antara anak-anak atau orang dewasa. Remaja
yang kesepian, tertekan, atau marah cenderung mengeskpresikan hal-ha ini
dalam cara yang sesuai dengan karakteristik jenis kelaminnya. Anak
laki-laki cenderung mengungkapkan masalah emosional melalui tindakan
agresif dan perilaku antisocial lain. Sebaliknya, dibandingkan anak
laki-laki, anak perempuan cenderung menginternalisasikan perasaan dan
masalah, misalnya dengan menarik diri (withdrawal) atau memunculkan gejala gangguan makan (Zahn-Waxler, 1996).
Suasana Hati yang Berubah-ubah (moods swings)
Masa
remaja adalah masa yang labil, dan tidak ada pendirian yang mantap
terhadap pilihan sesuatu. Hal ini menyebabkan remaja merasa
terombang-ambing jika dihadapkan terhadap sebuah pilihan, dan terkadang
sering berubah-ubah. Kedakan emosipun kadang mengalami peubahan,
terkadang eksplosif dan terkadang depresif.
Pelanggaran
aturan seringkali terjadi pada remaja karena remaja membangun standar
dan nilai mereka sendiri, seringkali dengan meniru gaya, tindakan dan
sikap dari teman sebaya yang sangat bertentangan dengan gaya dan sikap
orang tua mereka. Teman sebaya memegang peranan penting karena mereka
mewakili nilai dan gaya generasi yang termasuk dalam kelompok usia
remaja tersebut, yaitu generasi dimana remaja akan berbagi pengalaman
sebagai orang dewasa nantinya (Bukowski dkk, 2001). Dalam memandang
persahabatan teman sebaya, penolakan oleh teman sebaya terasa lebih
menyakitkan dibandingkan perlakuan kejam dari orang tua sendiri.
Referensi:
Carol Wide & Tavris. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga
Mongks, F. J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penanganannya
1. PERDARAHAN PERVAGINAM
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai defenisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi
akibatnya sesuai dengan kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar
Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang
akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak
anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
2. INFEKSI MASA NIFAS
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary, payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan malaise. Sedangkan gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.
Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC yang mungkin terjadi.
• Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen
• Faktor predisposisi : nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, SC
• Gejala klinis : endometritis tampak pada hari ke 3 post partum disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat celcius dan takikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat uterus yang lembek.
• Manajemen : ibu harus diisolasi
3. SAKIT KEPALA, NYERI EPIGASTRIK DAN PENGLIHATAN KABUR
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.
Penanganan :
• Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
• Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.
• Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
4. PEMBENGKAKAN DI WAJAH ATAU EKSTREMITAS
• Periksa adanya varises
• Periksa kemerahan pada betis
• Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki, kaki oedema (perhatikan adanya oedema pitting)
5. DEMAM, MUNTAH, RASA SAKIT WAKTU BERKEMIH
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-eden, 1982).
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
6. PAYUDARA YANG BERUBAH MENJADI MERAH, PANAS DAN TERASA SAKIT
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. B.H yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :
• Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.
• Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
• Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
• Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan :
• Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada payudara yang normal.
• Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
• Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position)
• Pakailah baju B. H yang longgar.
• Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi
• Banyak minum sekitar 2 liter per hari
• Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.
7. KEHILANGAN NAFSU MAKAN
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyak nya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun terganggu sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu hilang.
8. RASA SAKIT, MERAH, LUNAK DAN PEMBENGKAKAN DI KAKI
Selama masa nifas dapat terbentuk trhombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkinlebih sering mengalaminya.
Faktor predisposisi :
• Obesitas
• Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
• Riwayat sebelumnya mendukung
• Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena.
• Anemia maternal
• Hypotermi dan penyakit jantung
• Endometritis
• Varicostitis
Manifestasi :
• Timbul secara akut
• Timbul rasa nyeri akibat terbakar
• Nyeri tekan permukaan
9. MERASA SEDIH ATAU TIDAK MAMPU MENGASUH SENDIRI BAYINYA ATAU DIRINYA SENDIRI
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab :
• Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang di alami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
• Rasa nyeri pada awal masa nifas
• Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit
• Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
• Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
Kelainan Seksual dan Penyebabnya
JENIS-JENIS
KELAINAN SEKSUAL DAN PENYEBABNYA
3. Froteurisme: kenikmatan seksual dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan ke bagian sensitif orang yagn sedang tidak memperhatikan di tempat yang berdesakan.
4. Pedofilia: aktivitas seksual dengan anak-anak.
5. Masokisme: seksual: kenikmatan seksual diperoleh jika secara fisik dilukai, diancam, atau dianiaya.
6. Sadisme seksual: kebalikan dari masokisme, yaitu kenikmatan seksual diperoleh jika menyebabkan penderitaan fisik maupun psikis pada mitra seksual.
7. Fetisisme transvestik: dorongan seksual diperoleh dengan berpikir atau berimajinasi sebagai wanita, mengenakan baju wanita.
8. Veyourisme: kenikmatan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang mengganti atau menanggalkan pakaiannya, telanjang, atau sedang beraktivitas seksual.
9. Paraphilia yang tak terdefinisikan, terdiri dari berpuluh-puluh jenis kelainan seksual lainnya, seperti nekrofilia (perilaku seksual dengan mayat), bestialiti (perilaku seksual dengan binatang), dan lain-lain.
Penyebab
Seperti dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya Abnormal Psychology, lebih dari 90 persen penderita paraphilia adalah pria. Hal ini tampaknya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita.
Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab paraphilia, menunjukkan hasil tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan paraphilia disebabkan ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya.
Di sisi lain, penyalahgunaan obat dan alkohol ditemukan sangat umum terjadi pada penderita paraphilia. Obat-obatan tertentu tampaknya memungkinkan penderita paraphilia melepaskan fantasi tanpa hambatan dari kesadaran.
Paraphilia menurut perspektif teori perilaku merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, berkembangnya bestialiti mungkin terjadi sebagai berikut: Seorang remaja laki-laki melakukan masturbasi dan memperhatikan gambar kuda di dinding. Dengan demikian mungkin berkembang keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan kuda, dan menjadi sangat bergairah dengan fantasi demikian.
Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan bestilialiti.
Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.
Banyak penderita pedofilia yang miskin dalam keterampilan interpersonal, dan merasa terintimidasi bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak.
Narasumber: M.M Nilam Widyarini, Msi, Kandidat Doktor Psikologi
Istilah paraphilia (kelainan seksual) pertama kali disebut oleh seorang psikoterapis bernama
Wilhelm Stekel dalam bukunya berjudul Sexual Aberrations pada tahun 1925.
Paraphilia berasal dari bahasa Yunani, para berarti "di samping" dan
philia berarti "cinta".
Definisi mengenai paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres yang berbahaya) yang meyakinkan secara klinis atau kerusakan dalam masyarakat, pekerjaan atau area fungsi-fungsi lainnya.
Paraphilia terdiri atas sembilanjenis, sebagian besar sudah dikenal di kalangan masyarakat luas.
1. Ekshibisionisme: mempertunjukkan alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
2. Fetisisme: umumnya menggunakan benda-benda khas wanita seperti bra, celana dalam, untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
Definisi mengenai paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres yang berbahaya) yang meyakinkan secara klinis atau kerusakan dalam masyarakat, pekerjaan atau area fungsi-fungsi lainnya.
Paraphilia terdiri atas sembilanjenis, sebagian besar sudah dikenal di kalangan masyarakat luas.
1. Ekshibisionisme: mempertunjukkan alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
2. Fetisisme: umumnya menggunakan benda-benda khas wanita seperti bra, celana dalam, untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
3. Froteurisme: kenikmatan seksual dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan ke bagian sensitif orang yagn sedang tidak memperhatikan di tempat yang berdesakan.
4. Pedofilia: aktivitas seksual dengan anak-anak.
5. Masokisme: seksual: kenikmatan seksual diperoleh jika secara fisik dilukai, diancam, atau dianiaya.
6. Sadisme seksual: kebalikan dari masokisme, yaitu kenikmatan seksual diperoleh jika menyebabkan penderitaan fisik maupun psikis pada mitra seksual.
7. Fetisisme transvestik: dorongan seksual diperoleh dengan berpikir atau berimajinasi sebagai wanita, mengenakan baju wanita.
8. Veyourisme: kenikmatan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang mengganti atau menanggalkan pakaiannya, telanjang, atau sedang beraktivitas seksual.
9. Paraphilia yang tak terdefinisikan, terdiri dari berpuluh-puluh jenis kelainan seksual lainnya, seperti nekrofilia (perilaku seksual dengan mayat), bestialiti (perilaku seksual dengan binatang), dan lain-lain.
Penyebab
Seperti dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya Abnormal Psychology, lebih dari 90 persen penderita paraphilia adalah pria. Hal ini tampaknya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita.
Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab paraphilia, menunjukkan hasil tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan paraphilia disebabkan ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya.
Di sisi lain, penyalahgunaan obat dan alkohol ditemukan sangat umum terjadi pada penderita paraphilia. Obat-obatan tertentu tampaknya memungkinkan penderita paraphilia melepaskan fantasi tanpa hambatan dari kesadaran.
Paraphilia menurut perspektif teori perilaku merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, berkembangnya bestialiti mungkin terjadi sebagai berikut: Seorang remaja laki-laki melakukan masturbasi dan memperhatikan gambar kuda di dinding. Dengan demikian mungkin berkembang keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan kuda, dan menjadi sangat bergairah dengan fantasi demikian.
Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan bestilialiti.
Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.
Banyak penderita pedofilia yang miskin dalam keterampilan interpersonal, dan merasa terintimidasi bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak.
Narasumber: M.M Nilam Widyarini, Msi, Kandidat Doktor Psikologi
Subscribe to:
Posts (Atom)